Percik: Nur Alim Djalil Kabut tebal terlihat menutupi Bromo ketika kami sampai di puncak Gunung Pananjakan yang tingginya 2.770 meter dari permukaan laut. Dari gunung yang masuk kawasan Probolinggo ini, Bromo di bawah sana terlihat anggun, seakan berusaha menyingkap kabut yang menangkupinya. Saya masih mengatur napas. Dua jam menjajal rute Sidoarjo-Pananjakan di belakang kemudi adalah…
Penulis: Nur Alim Djalil
Kejujuran Tanah
Percik: Nur Alim Djalil Ada pandangan bijak leluhur kita di Bugis-Makassar yang menyebutkan bahwa: dunia akan kacau, perempuan akan mati bersalin, huru-hara merajalela, penyakit aneh mewabah, kampung terbakar, tanaman tidak tumbuh subur, kemarau panjang terjadi, banjir di mana-mana, lain yang menanam, lain menuai, lain memasak, lain memakan, gempa bumi terjadi beruntun, masyarakat akan sengsara dan menderita…
Masih Pagi, Melihat Orang Bahagia
Percik: Nur Alim Djalil Sisa-sisa hujan masih menggenangi jalan. Cuaca cukup nyaman. Jumat pagi, di Jalan Letjen Hertasning, Makassar, kendaraan bergegas. Tapi seorang pengendara motor pas di depan saya berjalan santai. Dari belakang, saya menduga pengendara itu seorang lelaki setengah baya. Potongan tubuhnya agak besar. Sesekali saya melihat ia menggerak-gerakkan badan. Ia “menari-nari” di motornya,…
Pengembara, Musa, dan Makan Malam
Percik: Nur Alim Djalil Ini kisah seorang pengembara yang membawa sekantong roti sebagai bekal perjalanan. Lelaki itu terus berjalan, memakan rotinya bila lapar, sehingga lama-kelamaan, roti itu tinggal sepotong. Melihat bekalnya tinggal sepotong, lelaki itu berkata dalam hati, “jika roti ini aku makan sekarang, besok aku makan apa? Aku bisa mati kelaparan lantaran kehabisan bekal.”…
Memijak Papua Nugini Lewat Perbatasan
Nur Alim Djalil Setiap membuka peta Papua, saya selalu tertarik melihat garis perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Perbatasan yang seakan disepakati dengan mengambil mistar kemudian ditarik garis lurus dari atas ke bawah, sreeett, kecuali di wilayah Mabaduam yang sedikit melengkung. Pembagian wilayah Papua dan Papua Nugini juga seperti membagi gambar seekor burung secara adil. Ada yang mendapatkan setengah badan…
Dialog Kanton vs Indonesia
Nur Alim Djalil Jelang akhir tahun, manusia yang memadati Guangzhou terus bertambah. Sekarang diperkirakan, manusia yang berada di kota ini mencapai 10 juta: 6,7 juta penduduk setempat, selebihnya adalah pendatang. Manusia bertumpuk, muncul dari lorong dan gang-gang sempit, lalu-lalu, mencari dan mengejar tujuan masing-masing. Apa sebab? Guangzhou adalah kota terbesar di China selatan dan merupakan jendela…
Guangzhou, Bunga, dan Haram Sepeda Motor
Nur Alim Djalil Ketika China Southern Airlines (CZ-388) mendarat mulus di Bandara Internasional Bai Yun, Guangzhou, Senin, 15 Desember 2008, pukul 13.21, yang paling pertama saya lihat adalah sepasang mata istri saya. Baru kali ini saya melihat matanya berbinar-binar seperti itu. Sejak pesawat diumumkan akan segera mendarat sehingga jalan layang, gedung-gedung pencakar langit, sungai, dan perumahan…
Rambut Syekh Yusuf di Makassar, Kuku di Banten, Serban di Ceylon, Jasad di Afrika
Nur Alim Djalil Makam Syekh Yusuf ada empat: ada di Kampung Macassar, Bukit Zandfiel, Cape Town, Afrika Selatan; ada di Ceylon, Sri Lanka; ada di Kobbang, Makassar; dan ada di Banten, Jawa Barat. Sesungguhnya di mana makam Syekh Yusuf? Dan mengapa sehingga terdapat empat makam? Bukit Zandfiel dan tugu yang menandakan awal kedatangan Syekh Yusuf dan pengikutnya…