Percik: Nur Alim Djalil Ini kisah seorang pengembara yang membawa sekantong roti sebagai bekal perjalanan. Lelaki itu terus berjalan, memakan rotinya bila lapar, sehingga lama-kelamaan, roti itu tinggal sepotong. Melihat bekalnya tinggal sepotong, lelaki itu berkata dalam hati, “jika roti ini aku makan sekarang, besok aku makan apa? Aku bisa mati kelaparan lantaran kehabisan bekal.”…
Kategori: Percik
Menyenter Bulan
Nur Alim Djalil Rumah mati lampu. Po’oh sudah terbiasa keadaan ini. Saudaranya di Banjarmasin mengabarkan telah mengalami pemadaman bergilir sejak tujuh bulan lalu. Keponakan di Pekanbaru menginfokan hal yang sama. Isi facebook-nya melulu soal keluhan mati lampu. Kerabat di Palu malah mengatakan heran di Makassar mati lampu lantas warga berdemo — kondisi mereka jauh lebih parah….
Pekuburan
Nur Alim Djalil Pekuburan sudah akrab dengan kehidupan saya. Sejak kecil, selain sungai dan got, pekuburan adalah salah satu tempat bermain favorit saya. Kalau tidak bermain di sungai, ya di pekuburan. Bermain di pekuburan sama sekali tak menimbulkan rasa takut. Melompat dari satu kubur ke kubur yang lain menumbuhkan sensasi spesial. Di belakang Asrama Polisi, Sungguminasa,…
Peluk Ramadan
Nur Alim Djalil Perkelahian dikarenakan memperebutkan sebiji buah kenari itu berlangsung sengit. Dua anak kecil bergumul di dalam pekuburan dan berusaha saling melumpuhkan. Keduanya mengerahkan segala daya dan kekuatan untuk mengalahkan lawan. Cakar wajah dan gigit bagian tubuh apa saja dilakukan agar lawan mengaku kalah. Mereka bergumul lantaran masing-masing merasa berhak terhadap kenari itu. Sebiji kenari…
Melayani
Nur Alim Djalil Setiap kali ingin mengisi premium, saya selalu teringat SPBU itu. Selalu ada dorongan untuk hanya mengisi di tempat itu. Tidak usah saya sebutkan letaknya di mana. Petugasnya ramah. Cara memasukkan premium juga tidak kasar sehingga tidak menggores permukaan tangki yang bisa mengakibatkan kebocoran. Pernah ban kendaraan saya kempis ketika memasuki SPBU itu….
Seorang Bapak yang Ingkar Janji
Nur Alim Djalil WAJAH anak laki-laki yang berusia sembilan tahun itu berseri-seri. Matanya berbinar-binar. Ulang tahunnya sudah dekat. Ia meminta dibelikan sepasang sepatu bola yang banyak dijual di dekat Stadion Andi Mattalatta dan kedua orangtuanya mengiyakan. Anak itu tersenyum. Mekar. Hm, sepasang sepatu bola. Ia membayangkan akan berlari lincah seperti Kaka dan Ronaldo – pesepak bola…
Spidol Merah
Nur Alim Djalil Perempuan yang saya sebutkan ini adalah sosok yang baik. Ia juga adalah tipe istri yang baik. Sebagai ibu rumah tangga, ia merasa tanggung jawab soal akhlak keluarga berada di tangannya. Perkembangan kepribadian keluarga, khususnya sang anak, sangat bergantung sentuhan yang ia berikan. Setiap waktu ia berdoa semoga keluarganya diberi kesehatan dan keselamatan….
Istri Ketahuan
Nur Alim Djalil Perempuan yang saya sebutkan ini selalu menilai bahwa kehidupannya sudah cukup. Ia sangat bersyukur karenanya. Suaminya bekerja di kantor pemerintahan. Jabatannya lumayan bagus. Pendapatan suaminya juga cukup. Ia dikaruniai dua putra yang terus tumbuh menjadi buah hati menggemaskan. Suaminya bertipe flegmatis, cinta damai, cenderung menghindari konflik. Sebagai kepala rumah tangga, ia menyerahkan…