Percik: Nur Alim Djalil Ada pandangan bijak leluhur kita di Bugis-Makassar yang menyebutkan bahwa: dunia akan kacau, perempuan akan mati bersalin, huru-hara merajalela, penyakit aneh mewabah, kampung terbakar, tanaman tidak tumbuh subur, kemarau panjang terjadi, banjir di mana-mana, lain yang menanam, lain menuai, lain memasak, lain memakan, gempa bumi terjadi beruntun, masyarakat akan sengsara dan menderita…
Kategori: Percik
Masih Pagi, Melihat Orang Bahagia
Percik: Nur Alim Djalil Sisa-sisa hujan masih menggenangi jalan. Cuaca cukup nyaman. Jumat pagi, di Jalan Letjen Hertasning, Makassar, kendaraan bergegas. Tapi seorang pengendara motor pas di depan saya berjalan santai. Dari belakang, saya menduga pengendara itu seorang lelaki setengah baya. Potongan tubuhnya agak besar. Sesekali saya melihat ia menggerak-gerakkan badan. Ia “menari-nari” di motornya,…
Pengembara, Musa, dan Makan Malam
Percik: Nur Alim Djalil Ini kisah seorang pengembara yang membawa sekantong roti sebagai bekal perjalanan. Lelaki itu terus berjalan, memakan rotinya bila lapar, sehingga lama-kelamaan, roti itu tinggal sepotong. Melihat bekalnya tinggal sepotong, lelaki itu berkata dalam hati, “jika roti ini aku makan sekarang, besok aku makan apa? Aku bisa mati kelaparan lantaran kehabisan bekal.”…
Menyenter Bulan
Nur Alim Djalil Rumah mati lampu. Po’oh sudah terbiasa keadaan ini. Saudaranya di Banjarmasin mengabarkan telah mengalami pemadaman bergilir sejak tujuh bulan lalu. Keponakan di Pekanbaru menginfokan hal yang sama. Isi facebook-nya melulu soal keluhan mati lampu. Kerabat di Palu malah mengatakan heran di Makassar mati lampu lantas warga berdemo — kondisi mereka jauh lebih parah….
Pekuburan
Nur Alim Djalil Pekuburan sudah akrab dengan kehidupan saya. Sejak kecil, selain sungai dan got, pekuburan adalah salah satu tempat bermain favorit saya. Kalau tidak bermain di sungai, ya di pekuburan. Bermain di pekuburan sama sekali tak menimbulkan rasa takut. Melompat dari satu kubur ke kubur yang lain menumbuhkan sensasi spesial. Di belakang Asrama Polisi, Sungguminasa,…
Peluk Ramadan
Nur Alim Djalil Perkelahian dikarenakan memperebutkan sebiji buah kenari itu berlangsung sengit. Dua anak kecil bergumul di dalam pekuburan dan berusaha saling melumpuhkan. Keduanya mengerahkan segala daya dan kekuatan untuk mengalahkan lawan. Cakar wajah dan gigit bagian tubuh apa saja dilakukan agar lawan mengaku kalah. Mereka bergumul lantaran masing-masing merasa berhak terhadap kenari itu. Sebiji kenari…
Melayani
Nur Alim Djalil Setiap kali ingin mengisi premium, saya selalu teringat SPBU itu. Selalu ada dorongan untuk hanya mengisi di tempat itu. Tidak usah saya sebutkan letaknya di mana. Petugasnya ramah. Cara memasukkan premium juga tidak kasar sehingga tidak menggores permukaan tangki yang bisa mengakibatkan kebocoran. Pernah ban kendaraan saya kempis ketika memasuki SPBU itu….
Seorang Bapak yang Ingkar Janji
Nur Alim Djalil WAJAH anak laki-laki yang berusia sembilan tahun itu berseri-seri. Matanya berbinar-binar. Ulang tahunnya sudah dekat. Ia meminta dibelikan sepasang sepatu bola yang banyak dijual di dekat Stadion Andi Mattalatta dan kedua orangtuanya mengiyakan. Anak itu tersenyum. Mekar. Hm, sepasang sepatu bola. Ia membayangkan akan berlari lincah seperti Kaka dan Ronaldo – pesepak bola…