Percik: Nur Alim Djalil Sisa-sisa hujan masih menggenangi jalan. Cuaca cukup nyaman. Jumat pagi, di Jalan Letjen Hertasning, Makassar, kendaraan bergegas. Tapi seorang pengendara motor pas di depan saya berjalan santai. Dari belakang, saya menduga pengendara itu seorang lelaki setengah baya. Potongan tubuhnya agak besar. Sesekali saya melihat ia menggerak-gerakkan badan. Ia “menari-nari” di motornya,…
Pengembara, Musa, dan Makan Malam
Percik: Nur Alim Djalil Ini kisah seorang pengembara yang membawa sekantong roti sebagai bekal perjalanan. Lelaki itu terus berjalan, memakan rotinya bila lapar, sehingga lama-kelamaan, roti itu tinggal sepotong. Melihat bekalnya tinggal sepotong, lelaki itu berkata dalam hati, “jika roti ini aku makan sekarang, besok aku makan apa? Aku bisa mati kelaparan lantaran kehabisan bekal.”…
Memijak Papua Nugini Lewat Perbatasan
Nur Alim Djalil Setiap membuka peta Papua, saya selalu tertarik melihat garis perbatasan Indonesia-Papua Nugini. Perbatasan yang seakan disepakati dengan mengambil mistar kemudian ditarik garis lurus dari atas ke bawah, sreeett, kecuali di wilayah Mabaduam yang sedikit melengkung. Pembagian wilayah Papua dan Papua Nugini juga seperti membagi gambar seekor burung secara adil. Ada yang mendapatkan setengah badan…
Dialog Kanton vs Indonesia
Nur Alim Djalil Jelang akhir tahun, manusia yang memadati Guangzhou terus bertambah. Sekarang diperkirakan, manusia yang berada di kota ini mencapai 10 juta: 6,7 juta penduduk setempat, selebihnya adalah pendatang. Manusia bertumpuk, muncul dari lorong dan gang-gang sempit, lalu-lalu, mencari dan mengejar tujuan masing-masing. Apa sebab? Guangzhou adalah kota terbesar di China selatan dan merupakan jendela…
Guangzhou, Bunga, dan Haram Sepeda Motor
Nur Alim Djalil Ketika China Southern Airlines (CZ-388) mendarat mulus di Bandara Internasional Bai Yun, Guangzhou, Senin, 15 Desember 2008, pukul 13.21, yang paling pertama saya lihat adalah sepasang mata istri saya. Baru kali ini saya melihat matanya berbinar-binar seperti itu. Sejak pesawat diumumkan akan segera mendarat sehingga jalan layang, gedung-gedung pencakar langit, sungai, dan perumahan…
Rambut Syekh Yusuf di Makassar, Kuku di Banten, Serban di Ceylon, Jasad di Afrika
Nur Alim Djalil Makam Syekh Yusuf ada empat: ada di Kampung Macassar, Bukit Zandfiel, Cape Town, Afrika Selatan; ada di Ceylon, Sri Lanka; ada di Kobbang, Makassar; dan ada di Banten, Jawa Barat. Sesungguhnya di mana makam Syekh Yusuf? Dan mengapa sehingga terdapat empat makam? Bukit Zandfiel dan tugu yang menandakan awal kedatangan Syekh Yusuf dan pengikutnya…
Jejak Syekh Yusuf di Cape Town, Afrika Selatan
Nur Alim Djalil Setiap kali memelototi peta benua Afrika, terbayang-bayang sebuah kampung kecil yang terletak di bagian bawah Afrika: Kampung Macassar. Maka ketika melintasi Baden Powell dan di salah satu sisi jalan itu terlihat petunjuk arah bertuliskan “Macassar” — kemudian beberapa meter berikutnya akan terdapat tulisan “Syekh Yusuf, Keramat”, saya tidak bisa menyembunyikan perasaan haru. Saya…
Timbun Laut, Bangun Airport Kembar
Nur Alim Djalil Mengejar ambisi untuk meraih predikat sebagai kota internasional, Sakai tampaknya tak puas dengan hanya memiliki bandara internasional berpredikat tersibuk keempat di dunia dan meraih predikat utama dalam hal kebersihan, keamanan, dan kelengkapan fasilitas.Kini Sakai tengah mengerjakan sebuah proyek yang terbilang gila, menimbun laut membangun bandara kembar. Kansai International Airport yang dibangun kembar, dengan…