Percik: Nur Alim Djalil Malam bergerak sepi. Mobil melaju. Tapi seakan ada yang aneh. Kami tidak berempat di kendaraan. Ada makhluk lain yang ikut. Istri saya juga merasakan itu. Suasana di kendaraan tiba-tiba hening. Kami memperhatikan keberadaan makhluk lain itu. Suaranya semakin jelas: anak kucing Istri saya mengingatkan untuk berhenti memeriksa suara anak kucing tersebut. Dia…
Kategori: Percik
Sang Juara
Percik: Nur Alim Djalil Dia remaja sedernana. Masih muda. Belum berkeluarga ketika itu. Bagaimana menjadi manusia yang baik – itu yang tertanam pada dirinya. Dia memperdalam ilmu agama, khususnya Al-Qur’an sejak kecil. Tidak heran bila bacaan Al-Qur’an-nya bagus. Suaranya pun lumayan jernih dan longgar terdengar. Dia selalu diutus untuk mengikuti Musabaqah Tilawatil Qur’an, baik tingkat…
Kaki Masuk Terali Sepeda
Percik: Nur Alim Djalil Pergeseran itu akan terjadi dan tinggal menunggu waktu. Suka atau tidak suka. Tempat kita akan diisi orang lain. Tempat orang lain akan diisi orang yang lainnya lagi, dan seterusnya. Satu-dua pergi, yang lain datang. Kita pergi, dalam sekejap orang lain akan mengisi tempat yang kita tinggalkan. Jarak kian membentang – mulai…
Cinta Buta, Nabi Dibunuh
Percik – Nur Alim Djalil Berawal dari cinta. Kisahnya di Palestina, tahun 26 Masehi. Kala itu Kaisar Romawi, Ptolemaeus dimabuk asmara. Tidak tanggung-tanggung, asmara yang memabukkan itu kepada keponakannya sendiri, Herodia. Putri dari saudara kandungnya. Putri Herodia demikian halnya Ptolemaeus. Juga dimabuk asmara. Keduanya terlibat cinta terlarang. Terang-terang keduanya menunjukkan perasaan cintanya, namun masyarakat menganggapnya…
Ceramah dan Ingat Bapak
Percik: Nur Alim Djalil Sejak kecil ketika mulai ikut-ikut bapak ke masjid mendengarkan ceramah, tidak pernah saya mendengar ceramah yang isinya berbau radikal, memusuhi orang lain, membenci penganut agama lain, terlebih ceramah yang tidak berkomitmen kebangsaan atau memecah persatuan. Seingat saya tidak pernah. Saya suka ceramah tentang kisah penuh hikmah sahabat dan orang saleh. Lebih…
Bersunyi-sunyi
Percik: Nur Alim Djalil Saya masuk dalam gelap, tengah malam, di teras belakang rumah, duduk seorang diri, bersunyi-sunyi. Sebagian penghuni rumah sudah pulas. Selamat malam penghuni alam semesta – bulan, bintang, awan, angin, pohon-pohon, binatang, gunung, sawah, laut, dan manusia di mana saja berada. Semuanya. Jelang larut malam ini masih riuh di belahan bumi, dengan…
Dua Gelas Teh
Percik: Nur Alim Djalil Hidung tersumbat dan meler-meler, batuk, punggung kaku, persendian sakit, kepala berat-menggumpal, dan sariawan, datang melanda. Bersamaan. Setiap aktivitas saya jalani dengan tidak nyaman. Ruangan bersuhu dingin tidak nyaman, demikian pula bersuhu tinggi. Lidah penuh sariawan. Jangankan makanan, air pun tidak nyaman masuk ke mulut. Makanan bersusah-payah dikunyah sembari memiring-miringkan kepala. Batuk siap-siap…
Kumandang Azan di Taman Sultanahmet
Percik: Nur Alim Djalil Duduk-duduk di bangku taman Sultanahmet Square yang mengantarai Masjid Biru dan Hagia Sophia, Istanbul, suatu siang pada musim dingin. Matahari lumayan terik tapi udara cukup menusuk, memelerkan rongga hidung. Saya menanti salat zuhur, duduk membelakangi Masjid Biru, menghadap ke Hagia Shopia. Jarak kedua masjid tersebut hanya 250 meter. Saya penasaran bagaimana…