Nur Alim Djalil
Pertumbuhan umat muslim di negara bagian New York, Amerika Serikat tergolong tinggi. Data dari Pew Research Centre, dari angka 2,6 juta pada 2010 diperkirakan meningkat 6,2 juta 2030 mendatang. Umat muslim saat ini mencapai kurang-lebih 1,1 persen dari jumlah penduduk Amerika. Salah satu penggeraknya adalah komunitas muslim Indonesia, yang antara lain berasal dari Bugis-Makassar.
Tersebutlah Masjid Al-Hikmah, yang berdiri sejak 1994, di Long Island Queens 48 Ev 31 St di kawasan permukiman padat penduduk, menjadi salah satu sentral kaum muslim. Masjid ini setiap hari melayani kebutuhan masyarakat setempat, khususnya umat Islam, dalam beribadah, memberikan informasi, berdiskusi, serta kegiatan keagamaan lainnya.
Awal keberadaan masjid tersebut, juga atas dukungan H. Muhammad Soeharto, presiden Republik Indonesia ketika itu. Terwujudlah Al-Hikmah menjadi masjid Indonesia pertama di Amerika Serikat. Pesantren pertama juga sudah berdiri di New York. Namanya Pesantren Nur Inka Nusantara Madani. Ini diinisiasi oleh Dr. Muhammad Syamsi Ali, Lc, MA yang dikenal sebagai imam besar di New York, yang berasal dari Tana Toa, Bulukumba.
Lantaran pendiriannya atas swadaya muslim Indonesia, sejak didirikan, da’i dan hafidz dari Indonesia, antara lain dari Bugis-Makassar diundang silih-berganti untuk menjadi imam dan penceramah di masjid tersebut sekaligus mengajarkan Al-Qur’an, pengajian, dan diskusi dengan mahasiswa muslim.
Masjid ini tergolong unik. Selain muslim dari Indonesia, masjid ini kemudian diisi bangsa lain seperti Bangladesh, India, Turki, Mesir, dan Eropa. Namun kepengurusan dan pengelolaannya setiap hari tetap warga Indonesia.
Muhammad Syarif Dzul Fahmi, SQ, mahasiswa pascasarjana UIN Makassar dan imam rawatib di Masjid Agung Syekh Yusuf Gowa ini, yang diundang pengurus Masjid Al-Hikmah New York bekerja sama Nusantara Foundation, pimpinan Syamsi Ali, mengatakan, saat ini aktivitas muslim sangat berkembang.
“Masyarakat setempat, yang mayoritas non-muslim, sangat merespon positif keberadaan dan aktivitas Masjid Al-Hikmah,” ujar Syarif. “Mereka sangat terbuka dan menerima keberadaan masjid tersebut dengan segala aktivitasnya,” tambahnya. Selain itu, saat ini, animo untuk mengenal Islam lebih jauh, memang cukup tinggi.
Sejak menginjakkan kaki di New York, akhir Januari 2023, Syarif yang merupakan guru tahfidz di Pondok Pesantren Al-Imam Ashim, Makassar dan juga dikenal sebagai da’i muda ini, melihat nuansa Islam memang sudah bertumbuh. Warga yang mengenakan jilbab di Amerika sudah lazim dijumpai sehari-hari.
Selama Ramadan lalu, dalam beberapa liputan, terlihat ratusan muslim menggelar salat tarawih di Times Square New York yang merupakan jantung kota terpadat di Amerika serikat ini. Juga melaksanakan buka puasa. Ini merupakan kesempatan untuk memperkenalkan Islam lebih dekat, di tengah masih kurangnya informasi yang didapatkan masyarakat tentang Islam.
Bulan Ramadan, perayaan Idulfitri, dan Iduladha sudah cukup dikenal di negara bagian tersebut. Sudah lazim pegawai muslim diizinkan mengambil cuti untuk perayaan Idulfitri, misalnya.
Masjid Al-Hikmah terus membuka ruang-ruang informasi untuk mengenal dan mendalami Islam lebih jauh. Peranan para da’i dan imam dari Sulawesi yang diutus ke megapolitan tersebut tentu sangat besar.
Selain Muhammad Syarif, yang diundang ke New York adalah Muh. Assiri Thahir, S.Hi, imam dan muadzin Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar. Kedua duta Indonesia dari tanah Sulawesi Selatan tersebut, saat ini aktif membagikan ilmunya untuk syiar dan pengembangan Islam di New York.
9 thoughts on “Geliat Muslim di New York”
Comments are closed.