Sulung Jelajah Empat Negara

by Nur Alim Djalil

Singapura-Vietnam-Thailand-Malaysia

Sudut Singapura yang selalu ramai wisatawan.

Nur Alim Djalil

Sulung kami, Rokan, jauh bulan sebelumnya sudah mengajukan izin kepada kami untuk melakukan solo traveler ke beberapa negara ASEAN. Kami tentu sangat menyambut positif rencananya. Anak muda memang harus melangkah jauh, melihat dan menjelajahi wilayah di sekitarnya. Jangan hanya ngumpet di kamar dan main game seharian. Dia merencanakan Agustus 2017, saat kampusnya libur panjang. 

Dia kemudian menyisihkan uang bulanannya sebagai mahasiswa rantau di Malang, mengumpulkannya kemudian membeli tiket dan biaya akomodasi. Internet sekarang sudah sangat mempermudah untuk bepergian. Pesan tiket, penginapan, transportasi lokal, sudah sangat mudah. Semua itu dilakukannya sendiri.

Beberapa hari sebelum berangkat, dia meminta sebuah bendera merah-putih yang akan kami kibarkan di depan rumah untuk dia bawa dalam perjalanannya. Kami mengiyakan, menyerahkan bendera ukuran sedang tersebut. 

“Untuk apa?” tanya saya.

“Siapa tahu saya tiba di Kualalumpur dan pas sepak bola Indonesia masuk final, saya ingin nonton. Saya ingin bentangkan bendera ini,” ucapnya.

“Oh, mudah-mudahan.”

Saya juga berpesan agar mencatat hal-hal penting dalam perjalanannya kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan nantinya. Juga saya ingatkan agar mencari masjid tua di negara yang dia kunjungi kemudian salat tahiyatul masjid. Saya berharap dengan mendatangi setiap masjid, pengalaman spritualnya bertambah.

Ketika tiba di Singapura, 23 Agustus 2017, sulung langsung ke Masjid Sultan, di Kampung Glam. Masjid ini dibangun oleh orang Bugis, Melayu, dan Arab, pada 1826. Letaknya tidak jauh dari pusat perbelanjaan dan kuliner The Bugis Junction. Dia suka makan martabak dan minum teh tarik, maka di kawasan sekitar masjid inilah tempatnya.

Sekarang dia sudah berada di Ho Chi Minh, Vietnam bagian selatan, mengirimkan foto sedang menunggu salat Jumat di Mosque Mussulmane, masjid tua yang dibangun pada 1933. Saya juga memintanya untuk menelusuri riwayat masjid tersebut serta tempat bersejarah lainnya. Transportasi mudah katanya karena banyak Grab.

Besok dia akan lanjut ke Bangkok, Thailand dan di negeri ini pasti banyak catatan menarik.

Sepenggal Cerita

Sulung pulang membawa cerita, setelah melakukan solotravel ke Singapura-Vietnam-Thailand-Malaysia, selama 10 hari. Sekarang dia sudah kembali ke Malang, kuliah, melakukan rutinitasnya seperti biasa. Sekarang dia sudah semester lima. Dia berjanji menyelesaikan kuliahnya tepat waktu. 

Di Bandara Sultan Hasanuddin, Maros-Makassar

Beberapa cerita seru dan berkesan dialaminya. Di Ho Chi Minh, Vietnam, dia mengaku dikerjai sopir yang mangkal di airport sehingga mesti membayar cukup mahal ke hostel, padahal jaraknya tidak terlalu jauh. 

“Pasti ketika kamu tiba, keluar bandara, langsung buru-buru untuk mencari kendaraan,” tebak saya.

“Iya,” jawabnya.

“Mestinya, lantaran tidak ada yang membuatmu buru-buru, lihat saja dulu situasi, jalan-jalan di bandara, pesan minum dulu, foto-foto, amati manusia yang lalu-lalang di sekitar, kemudian mencari kendaraan,” ucap saya. “Pokoknya buatlah perasaanmu seakan sudah berjalan-jalan di negara itu.”

Tapi besoknya semua terbayar, setelah bertemu dengan Han — seorang pemuda Vietnam yang juga senang melakukan perjalanan seorang diri. Mereka seusia. Beberapa hari sebelumnya mereka sempat bertemu di Singapura. Mereka ternyata tetap berkomunikasi. Han menjemputnya di hostel — kamar murah dengan empat tempat tidur — yang dihuni dua orang wisatawan Korea dan seorang Swedia. 

Han seharian membawanya keliling Ho Chi Minh, menjelajahi ruang-ruang kota tua, dengan sepeda motor dan semua itu gratis. Han juga sempat mengantarnya ke masjid untuk salat Jumat, menunggunya, setelah itu, mereka lanjut lagi menjelajah kota sampai malam. Han menjadi guide yang baik dan dengan antusias memperkenalkan kotanya. Han menyebut dirinya sebagai pengandara motor terbaik, dengan kecepatan maksimal meliuk-liuk, di antara kendaraan lain.

Dua anak muda dengan latar belakang budaya yang jauh berbeda. Sulung paling tidak mendapatkan pelajaran tentang hidup, tentang bagaimana berinteraksi antarnegara tanpa melihat perbedaan.

Sekarang dia lagi berupaya keras mengumpulkan biaya untuk rencana perjalanan berikutnya. Hongkong dan Taiwan dia sebut-sebut. Sebagai orang tua saya mendukungnya tapi juga, tentu saja, tetap ada perasaan dumbats-dumbats….

Makassar, 25 Agustus 2017

7,984 thoughts on “Sulung Jelajah Empat Negara”

  1. Heya this is somewhat of off topic but I was wanting to know if blogs use WYSIWYG editors or if you have to manually code with HTML.
    I’m starting a blog soon but have no coding skills so I wanted to get guidance from someone with experience.

    Any help would be greatly appreciated!

    Balas

  2. I agree with your point of view, your article has given me a lot of help and benefited me a lot. Thanks. Hope you continue to write such excellent articles.

    Balas

  7. Sou Ph.D. em ciências financeiras e atualmente estou estudando criptomoedas e seu artigo me deu uma boa ideia. Acho que sua forma de escrever é muito útil para minha tese criptomoedas, obrigado. No entanto, tenho algumas dúvidas e gostaria de saber se você pode me ajudar. Obrigado.

    Balas

  8. Thank you very much for sharing. Your article was very helpful for me to build a paper on gate.io. After reading your article, I think the idea is very good and the creative techniques are also very innovative. However, I have some different opinions, and I will continue to follow your reply.

    Balas

  9. I am a student of BAK College. The recent paper competition gave me a lot of headaches, and I checked a lot of information. Finally, after reading your article, it suddenly dawned on me that I can still have such an idea. grateful. But I still have some questions, hope you can help me.

    Balas